Langsung ke konten utama

Persoalan hidup adalah karunia

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt., Dzat Yang Maha Menciptakan segalanya. Dialah Alloh, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, semoga Alloh Swt. senantiasa membimbing kita dengan hidayah-Nya, sehingga kita sentiasa bisa menghadapi berbagai persoalan hidup ini dengan sikap-sikap yang disukai oleh Alloh. Karena sesungguhnya hidup di dunia ini adalah perpindahan dari satu persoalan ke persoalan yang lain. Bahkan tidak jarang kita menghadapi banyak persoalan secara bersamaan.

Namun, yang perlu terus kita sadari adalah bahwa persoalan yang sebenarnya bukan terletak pada persoalan itu sendiri, tapi pada cara menyikasi persoalan. Contohnya adalah ketika ujian sekolah, yang membuat kita tidak lulus ujian itu bukanlah soal-soal ujiannya melainkan jika salah jawabannya. Apakah ujian ini berbahaya? Sama sekali tidak, karena ujian adalah jalan menuju peningkatan kualitas diri menuju level yang lebih tinggi.

Demikian pula dengan persoalan atau ujian dalam hidup ini. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir akan datangnya persoalan dalam hidup, tapi khawatirlah jika salah menyikapinya. Karena jika benar menyikapinya, maka derajat kita akan naik lebih tinggi. Sedangkan jika salah menyikapinya, maka derajat kita akan stagnan, bahkan bisa jatuh lebih rendah.

Alloh Swt. berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut [29] : 2-3)

Dalam ayat ini Alloh Swt. mengingatkan kepada kita bahwa persoalan hidup adalah keniscayaan. Dan bagi orang yang beriman, persoalan hidup akan datang sebagai jalan untuk memperkuat keyakinan kepada kekuasaan Alloh Swt. Jika kita membaca sejarah orang-orang yang beriman terdahulu, sejarah nabi Saw. dan para sahabat, maka persoalan yang kita hadapi saat ini tidaklah seberapa. Namun, seberat apapun persoalan yang dihadapi oleh mereka, maka akan semakin kuat keyakinan mereka kepada Alloh Swt. Dan, benar saja, kemenangan sejati kaum muslimin ternyata bisa diraih dengan sikap mujahadah, penuh perjuangan, kesabaran menghadapi persoalan hidup.

Maka, hikmah yang bisa kita petik adalah bahwa persoalan hidup mesti kita pandang sebagai karunia dari Alloh, sebagai jalan untuk makin dekat dengan-Nya. Sehingga kita bisa menyikapinya dengan sikap-sikap yang disukai oleh Alloh Swt. Dengan demikian, persoalan hidup yang dalam pandangan manusia adalah sesuatu yang memberatkan, justru bisa berbuah keadaan yang meringankan dan membahagiaan. Insyaa Alloh. Wallohua’lam bishowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia