Jumat, 20 April 2018

Pengertian Pesan Dakwah




Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Dan pesan disini merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, dan gagasan. Pesan itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk, atau organisasi pesan.[1]
Pesan dakwah adalah Islam atau syariat sebagaimana kebenaran hakiki yang datang dari Allah melalui malaikat Jibril kepada para nabi-Nya dan yang terkhir kepada para nabi Muhammad SAW[2]. Pesan dakwah ini diungkapkan dalam Alquran melalui beragam term antara lain sabili rabbika  seperti yang disebutkan dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 125, sebagai berikut
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang  baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengatahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. ( Q.S. An-Nahl: 125)[3]

Pesan dakwah yang berhubungan dengan masalah syariah atau sering disebut dengan hukum Islam. Syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Syariat merupakan jantung yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Islam diberbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.[4]
Pesan dakwah yang berhubungan dengan masalah syariah terbagi menjadi dua, yakni ibadah dan mu’amalah. Ibadah adalah menyembah Allah Swt dengan tidak mempersekutukan-Nya yang diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu: (1) ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang langsung kepada Allah swt, seperti ibadah sholat, ibadah haji, ibadah puasa, dan lain sebagainya yang telah ditentukan aturannya dalam disiplin ilmu fiqih; dan (2) ibadah ghaira mahdlah, yaitu ibadah yang tidak langsung kepada Allah swt, yakni terkait dengan makhluk Allah, seperti santunan kepada kaum dhu’afa, gotong-royong membangun jembatan, menjaga keamanan, pendidikan  dan lain sebagainya.[5] Mu’amalah adalah interaksi dan komunikasi antar sesama manusia dengan manusia lain sebagai makhluk sosial dalam kerangka hablu min al-nas hubungan baik antar sesama manusia.[6] Masalah mu’amalah meliputi: hukum berniaga, hukum nikah, hukum waris, hukum pidana, hukum Negara, hukum perang dan damai.[7]
Masalah akhlak
Akhlak adalah budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau thariqah atau sesuatu yang sudah menjadi tabiat. Sedangkan menurut istilah, Ibnu Miskawih mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pertimbangan.[8]
Pesan dakwah mengenai masalah akhlak meliputi akhlak kepada Allah Swt, akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat, akhlak terhadap bukan manusia, flora dan fauna, dan sebagainya.[9] Artinya akhlak bukan hanya terhadap Allah Swt saja, namun juga terhadap apa-apa yang telah diciptakaannya, termasuk diri sendiri.
Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dan kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukan norma ideal yang tidak dapat diimplementasikan, dan bukan pula sekupulan etika yang terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Karena semua manusia harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya, maka Islam mengajarkan perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip perbuatan manusia ini, maka materi akhlak membahas tentang norma luhur yang harus menjadi jiwa dari perbuatan manusia, serta tentang etika atau tata cara yang harus dipraktikkan dalam perbuatan manusia sesuai dengan jenis sasarannya.[10]
Menurut ajaran islam berdasarkan praktik Raulullah, pendidikan ahlakul karimah adalah faktor penting dalam membina suatu ummat atau membangun sesuatu bangsa. Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha, ialah membina ahlakmulia. Ia harus ditanamakan kepada seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah.
Sumber utama ajaran islam sebagai pesan dakwah tidak lain adalah Alquran itu sendiri, yang setidaknya mengandung sepuluh maksud pesan Alquran sebagai sumber utama Islam yaitu:
1)   Menjelaskan hakikat tiga rukun agama Islam yaitu iman, Islam dan ihsan yang telah didakwahkan oleh para nabi dan rasul.
2)   Menjelaskan segala sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah dan tugas para rasul Allah.
3)   Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok, dan masyarakat.
4)   Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politis di atas dassar kesatuan nilai kedamaian, dan keselamatan dalam keagamaan.
5)   Mengokohkan keistimewaan universalitas ajaran islam dalam membentuk kepribadian melalui kewajiban dan larangan.
6)   Menjelaskan hukum islam tentang kehidupan politik negara.
7)   Membimbing penggunaan urusan harta.
8)   Mereformasi sistem peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi.
9)   Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.
10)  Membebaskan perbudakan.
Pesan dakwah dapat  disampaikan dengan dua cara yaitu:
a)        Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap muka antara komunikan dengan komunikatornya.
b)        Tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan tanpa tetap muka antara komunikator dan komunikan dilakukan dengan bantuan sarana lain yang cocok.
Pesan dakwah (massage) daripada komunikasi ini secara khas adalah bersumber dari Alquran Surah Al-ahzab ayat 39 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan ( Q.S. Al-ahzab: 39) .


Mengenai risalah-risalah Allah ini, Moh. Natsir membaginya dalam tiga bagian pokok, yaitu :
(1)   Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya, hablum minallah  atau mua’amalah ma’al Khaliq.
(2)   Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia hablumminan-nas atau mua;mallah ma’al khalqi.
(3)   Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu, dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalan.[11]


[1] Wahyuni Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,  2010),  h. 97.
[2] Nahed  Nuwairah, Pengantar  Filsafat  Dakwah,  ( Institut Agama Islam negeri antasari fakultas dakwah Banjarmasin 2010) , h. 42.

[3]  Sinar baru Algensindo,  Alquran dan Terjemahnya.
[4]  Muhammad  Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta, Kencana, 2009. h. 26-27.
[5] Tata Sukayat, Op. Cit., h. 33.
[6] Tata Sukayat, Loc. Cit.
[7] Wahyu Ilahi, Op. Cit., h. 20.
[8] Tata Sukayat, Loc. Cit.
[9] Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, Op. Cit., h. 20.
[10] Muhammad  Munir dan Wahyu Ilahi, Op. Cit., h. 30-31.
[11] Natsir, Fighud Da’wah, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia,  (Jakarta, 1977),  h.  36.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar