Jangan Jadi Orang Tua yang Anggap Sekolah itu Kayak "Laundry"

Jangan Jadi Orang Tua yang Anggap Sekolah itu Kayak "Laundry"

Titip pagi-pagi, sore tinggal ambil, lalu berharap anak pulang udah bersih kinclong.
Kadang tanpa sadar, kita memperlakukan sekolah kayak jasa laundry.

"Pokoknya saya udah bayar, ya udah...

tinggal tunggu hasil."

Pas anak pulang ternyata masih ada "noda":

Masih suka ngambek

Masih malas ngerjain PR

Masih suka jawab-jawab

Langsung deh kita komplain:

"Laundry-nya kurang bersih nih..."

(baca: gurunya kurang oke)

Masalahnya ada di mindset:

"Kan udah bayar sekolah mahal, masa masih harus dididik juga di rumah?"

Sekolah itu bukan tempat menyulap anak jadi sempurna.

Sekolah adalah partner dalam mendidik. Kita dan guru harus jalan bareng.

Rumah menumbuhkan akar emosi dan keimanan.

Sekolah menumbuhkan cabang ilmu dan keterampilan.

Kalau akarnya rapuh, batangnya mudah patah.

Rasulullah bersabda:

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Pondasi itu dimulai di rumah.

Sekolah bisa membantu, tapi rumah yang pertama kali mengarahkan.
Tujuannya bukan menyerahkan anak ke sekolah.

Tapi berkolaborasi untuk membentuk generasi yang kuat iman dan akhlaknya.
Rumah adalah sekolah utama.
Orang tua adalah kepala sekolahnya.
Guru adalah partner terbaiknya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar