Uwais Al Qorni tinggal
di Yaman bersama ibunya Ia dikenal tak pernah lelah dalam merawat ibunya yang
lumpuh diceritakan sang Ibu adalah seorang yang cacat dengan penyakit kusta
yang membuat kulitnya menjadi belang-belang Uwais selalu merawat dan memenuhi
semua permintaan ibunya namun hanya satu yang sulit untuk ia kerjakan sang Ibu
meminta dapat mengerjakan haji anakku mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu
ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan Haji pinta sang Ibu mendengar itu Uwais
termenung dikarenakan perjalanan yang jauh dari Yaman ke Mekah sementara mereka
adalah keluarga yang miskin dan tidak mempunyai kendaraan seperti unta pada
zamannya dengan hati yang kuatnya ia membeli seekor anak lembu dan setiap pagi
yang menggendong bolak-balik anak lembu itu memperkuat tubuhnya ia sempat dikira
gila orang di lingkungan dan banyak juga yang menganggapnya aneh setelah 8
bulan berlalu dan musim Haji datang ia memenuhi permintaan sang ibu dengan
menggendong berjalan kaki dari Yaman ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji
walaupun sangat sulit bagi Uwais Al Qorni baginya keutamaan dirinya adalah
merawat dan mengabulkan semua permintaan ibunya ketegarannya tersebut menjadi
kisah mulia bagi anak dan ibu semasa zaman Rasulullah
Ibn Khaldun dalam Muqaddimah sudah menulis sebuah hukum sosial yang tragis: "Ketika negara masih kokoh, pajak sedikit namun hasilnya banyak. Tetapi ketika negara lemah, pajak diperbanyak, dan hasilnya justru semakin berkurang. Sebab rakyat tak lagi mampu menanggung beban." Ironinya, teori ini kini terbukti di depan mata. Pajak dinaikkan, subsidi dipangkas, pungutan diperluas, tetapi kesejahteraan rakyat tetap jalan di tempat. Sementara kelas istana justru semakin bugar dengan fasilitas, tunjangan, dan gaya hidup yang tak pernah mengenal kata hemat. Padahal, dalam tradisi fikih, prinsip penarikan pajak harus berlandaskan keadilan (al-‘adl fi at-taklīf). Imam al-Mawardi dalam al-Ahkām as-Sulthāniyyah menegaskan, harta rakyat tidak boleh dipungut kecuali dengan hak yang jelas dan untuk kemaslahatan yang nyata. Sebab itu, ‘Umar bin Khattab RA menolak menambah beban rakyat meskipun kas negara menipis, dengan kalimat yang tegas: "Aku tidak akan mempertemukan mereka...
Komentar
Posting Komentar