Langsung ke konten utama

ORANG-ORANG YANG AKAN BERSAMA RASULULLAH

Tujuan akhir setiap manusia yang hidup di dunia adalah hidup kekal abadi di surga nantinya. Maka itu, manusia pun berlomba-lomba melakukan amal ibadah sebagai syarat menempati surga bersama Rasulullah nantinya, beberapa golongan manusia yang dapat masuk surga bersama Rasulullah, yakni :

1. Orang Yang Senantiasa Memperbanyak Sujud
Menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga, telah disebutkan dalam riwayat berikut ini. Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata,

"Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).

Dari redaksi hadist di atas dapat disimpulkan yakni apabila ingin bertemu Rasulullah di surga maka perbanyaklah untuk bersujud dalam shalat. Baik shalat sunnah maupun fardhunya.

Sujud diperuntukan hanya kepada Allah swt seorang. Bahkan kepada Rasulullah pun kita dilarang untuk bersujud, apalagi kepada manusia yang lain. Ketika salat, kita tidak boleh terburu-buru dan harus selalu berusaha untuk khusyuk mengerjakan gerakan demi gerakan terutama ketika gerakan rukuk dan sujud. Disini kita melihat betapa pentingnya tuma'ninah dalam shalat, bahkan apabila sujud dan rukuk kita tergesa gesa maka bisa menyebabkan batalnya shalat kita. 

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa ketika sujud adalah waktu terbaik untuk berdo’a. 
Seperti disebutkan dalam hadist :
"Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.” (HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah)

Untuk itu ada anjuran untuk memperlama sujud, namun memperlama sujud yang dimaksud adalah ketika kita shalat sendiri tidak untuk shalat berjamaah. Karena disaat berjamaah bersama imam, kita wajib mengikuti gerakan imam, seperti yang disebutkan hadist :
“Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia ruku’, maka ruku’lah. Dan bila ia mengatakan ‘sami’allahu liman hamidah’, maka katakanlah, ‘Rabbana walakal hamdu’. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia shalat dengan duduk, maka shalatlah dengan duduk semuanya”. [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Pedagang Yang Jujur, Amanah, dan Muslim
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti). (HR. Ibnu Majah)

Point terpenting yang sering kita lupakan dari jual-beli adalah jangan mencela pedagang apabila kita tidak menyukai barang yang dijualnya. Tinggalkanlah apabila kalian tidak menyukainya, dan belilah apabila kalian menyukai barangnya. 

Begitupun dalam hal jual beli, Islam sangat melarang perbuatan menipu dan curang. Karena selain mendapat dosa besar, orang menipu dalam jual beli akan mengecewakan pembelinya. Dan memakan harta orang lain secara bathil adalah haram. Oleh karena itu, Islam mengajurkan jujur dalam hal muamalah. Seperti hadist yang disebutkan Rasulullah :
“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim No.102 ).

3. Orang Yang Istiqamah Taat Kepada Rasulullah
Salah satu budak atau pelayan Rasulullah yang bernama Tsauban. Tsauban merupakan seorang penduduk Yaman yang menjadi tawanan ketika terjadi perang di zaman Jahiliyah. Rasulullah membelinya dan kemudian membebaskan. Tsauban tidak mau kembali ke Yaman, ia memilih untuk tinggal dan melayani Rasulullah. Iya, Rasulullah memang memiliki banyak budak, tapi di kemudian hari semuanya dibebaskan.  

Rasulullah mendapati Tsauban bersedih. Padahal pada saat itu Tsauban tidak sakit dan sedang bersama dengan majikannya, sumber kebahagiaannya. Rasulullan lantas bertanya kepada Tsauban perihal mengapa dia bersedih. 

“Kalau teringat akhirat, aku takut tak dapat melihatmu lagi. Sebab, kau akan diangkat ke surga tertinggi bersama para nabi. Lalu, mana tempatku dibandingkan tempatmu? Mana peringkatku dibandingkan peringkatmu?” jawab Tsauban.   “Dan, jika aku tidak masuk surga, niscaya aku tidak dapat melihatmu lagi selamanya,” tambahnya.  

Begitu lah cinta Tsauban kepada Rasulullah, sangat besar. Hingga ia sampai kepikiran tentang kebersamaannya dengan Rasulullah di akhirat kelak. Apakah dirinya bisa bersama Rasulullah atau tidak.

Rasulullah terharu dengan jawaban Tsauban tersebut. beliau juga menjadi kasihan dengan pelayannya itu. Namun tak lama setelah itu turun wahyu kepada Rasulullah, yaitu Al-Qur’an Surat (QS) Al-An-Nisa ayat 69. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa siapapun yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para orang shaleh.  Ayat tersebut seolah menjawab kesedihan Tsauban yang takut tidak bisa bertemu dengan Rasulullah, orang yang sangat dicintainya, di akhirat kelak.

Semoga kita bisa mengamalkan 3 ibadah yang dapat mengantarkan kita ke surga ini. Yakni memperbanyak sujud, seorang pedagang yang jujur lagi amanah dan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah dan Rasulullah. Karena sejatinya manusia pasti ingin masuk ke dalam surga, terlebih lagi masuk surga bersama Rasulullah. Aamiin yarabbal alamin

✍Akhmad Faishal

Ustadz H. Masudi, HS
Masjid Al-Jihad Badha Maghrib
Selasa, 8 Desember 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia