Orangtua yang kerap berselisih, bahkan yang berujung pada perceraian, tidak pelak lagi sangat mengganggu perkembangan
psikologis dalam hal ini akhlak anak untuk memahami perilaku orangtuanya.
Reaksi utama dari anak ketika melihat ayah atau ibunya bertengkar adalah menangis dan umumnya mendekat dan membela sang ibu. Akan tetapi, ada juga yang berlari meninggalkan keduanya.
Dalam memori mereka segera terekam berbagai hal: kesedihan yang mendalam, kebencian kepada orangtua, atau ketakutan yang sangat. Instalasi akhlak mulia akan ter-cancel ketika terjadi perselisihan orangtua.
Oleh karena itu, orangtua sudah semestinya menghindarkan perselisihan, apalagi yang langsung terjadi di depan anak atau memang memperselisihkan sesuatu yang tidak perlu. Hal yang menyebabkan Islam mementingkan praktik dan adab memilih suami atau istri adalah karena untuk menghindarkan timbulnya perselisihan sengit kelak di
dalam perkawinan.
Perselisihan sengit, apalagi yang berujung pada perceraian, jelas berdampak besar pada perkembangan psikologis anak kalau mereka tidak siap menerimanya. Pada anak wanita kecen-derungannya adalah kegelisahan dan kecemasan sehingga berdampak pada prestasi mereka di sekolah atau demotivasi, Pada anak lelaki bisa terjadi penyimpangan perilaku berupa pelarian.
Anak lelaki akan larut dengan teman-temannya, dan di sinilah kerap terjadi anak terlibat dalam tindak kriminal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar