Langsung ke konten utama

Adab dalam berdzikir

Pengajian KH. Ahmad Zuhdiannoor (Guru Zuhdi), kitab Hidayatush Shalikin, 10 Jumadil Awal 1441
______________________________ 
Adab dalam berdzikir: 
7. Jangan i'tirod (menyalahkan) atas qadha dan qadharNya. Yakni apabila kau lihat suatu perbuatan/pemberian Allah kepadamu, janganlah kau tak terima dan mempermasalahkannya. 
Serahkanlah semuanya kepada Allah ta'ala, yaitu yakini bahwa setiap pemberian Allah pasti, pasti dan pasti mengandung hikmat kebaikan.

Melainkan jika kita meliat suatu yg berlainan dengan syara', maka wajib kita menyalahkan sengaja dan ikhtiarnya si makhluk, lalu tegur dan kemudian di do'akan.

Allah punya perbuatan, diantaranya yaitu menyayangi dan melayani kita, seperti inilah sifat dan perbuatanNya.
Disaat kita duduk, lalu berduduk, disaat kita berdiri dan lalu berdiri, inilah qadhar.
Sebelum Tuhan berbuat, sudah direncanakanNya sedari dulu, inilah yg dinamakan qadha.

Hendaklah kita senantiasa merasakan kasih sayang dan layanan Allah, pertolongan dan rahmatNya.
Allah sangat sayang dan kasih kepada makhlukNya, makan disuapi, berjalan di gandeng, penuh dengan kasih sayang dan rahmat Allah. 

Pantangan dalam mendekat kepada Allah, ialah jangan memaksakan kepentingan diri.
Allah pasti punya rencana dan ketentuan yg terbaik, walau kita tak tau alasannya.

Saat kita mendapat bala, sedarilah bahwa ini ialah karena dosa kita. Maka ambillah jalan istighfar, meminta ampun kepada Allah, menyadari kesalahan diri.

Dosa ialah penyakit, dan obatnya ialah istighfar. Sedari bahwa dirilah yg salah, tak ada yg lain.

Perbuatan makhluk yg dilakukan kepada kita dalam bentuk yg tak menyenangkan hati kita, maka anggaplah bahwa itulah cara Tuhan bergaul dengan kita. 
Begitu pula sebaliknya, disaat makhluk tadi dalam bentuk menyenangkan kepada kita, maka inilah jua cara Tuhan bergaul kepada kita.

Misal: disaat anak kita tak bakti dengan kita, maka sedari lah bahwa inilah cara Allah memberi tahu kepada kita bahwa diri kitalah yg tak bakti dengan orang tua.
Maka kan timbullah istighfar, kan terbukalah pintu taubat.

Akhlak sholehin, disaat satu kampung mendapat bala, maka mereka berkata bahwa bala ini ialah karena adanya diri mereka di kampung tersebut. Seperti itulah akhlak mereka, senantiasa melihat aib diri, senantiasa menyalahkan diri.
Bahkan sering mereka menangis, merenungi banyaknya pemberian Allah, sedangkan diri penuh dosa kesalahan.

Amalan orang yg ingin kedekatannya kuat kepada Allah, ialah apapun yg diberi Allah walau bala sekalipun, sedari lah bahwa diri penuh dosa kesalahan, sehingga tak sempat bertanya kenapa, ada apa, mengapa.

Semua bala dan musibah di dunia ini ialah kebijakan/dispensasi dari Allah ta'ala. Mengandung kebijakan dan kebaikan dari Allah.
Bala musibah dalam hidup kita, sebenarnya itu ialah kebijakan dan kasih sayang dari Allah kepada kita.
Dihukum di dunia, namun terlepas dari hukuman di akhirat. Haruslah kita menyadari ini, merenungi ini, dan memikirkan ini.

Apapun kejadian dimuka bumi ini, itu adalah hukuman, tak ada yg disalahkan, tak ada yg direndahkan, tak ada yg dihina, kecuali diri pribadi.
Takkan mampu untuk meminta ampun, jika hati masih senantiasa menyalahkan dan menganggap orang lain salah.
Jangan kau hina orang yg dapat musibah, dia sedang dihukum.
Ingatlah bahwa dirimu pun punya salah, dirimu punya dosa, maka pikirkanlah keadaan dirimu.
Bahkan sholehin berkata: ketika satu kampung dapat bala, maka mereka meminta ampun kepada Allah dan yakin bahwa bala tersebut ialah karena dosa dosa mereka, bukan dosa orang lain.

Semisal menimpa kepada kita suatu yg tak diingini, yakinlah bahwa hal ini ialah karena kita yg punya dosa, karena kesalahan kita. Sehingga hukuman ini ialah dianggap sebagai tanda kasih sayang, lebih baik dihukum di dunia dibanding dihukum di akhirat. 
Lalu orang ini kan senantiasa meminta ampun kepada Allah, maka Allah cinta dengan orang ini.

Sayyidina Umar, punya anak namanya Usamah, Usamah ini dapat ujian dan cobaan, yaitu teminum minuman keras, Allah hendak (ingin) menguji sayyidina Umar sampai dimana membela Allah dan membela agama, walau anak menggawe kesalahan, tetap hukuman yg disuruh Allah dikerjakan beliau
Sampai seratus kali dipukul, sayyiduna Umar yg langsung menghadapi proses dihukumnya Usamah, sampai 70-80 pukulan, anak (Usamah) beucap (berkata) bah ulun minta banyu walau dikit, jer sayyidina Umar andai ahli neraka itu diberi air oleh Allah, maka kau akan kuberi, tapi mereka ga diberi air, karena itu aku ga akan memberi air kepadamu wahai anak ku.
Ini sayang yg hakiki, ini sayang yg sesungguhnya, sayyiduna umar sayang, sampai meninggal anak beliau. 
ketika malam, bermimpi sayyiduna umar, sang anak berbaring sedang kepala sang anak dipaha Rasulullah saw
Kata Rasulullah, anakmu ahli syurga, kau sayangi anakmu, kau cintai anakmu.

Hendaklah masing-masing kita selalu merasa berdosa, diantara dosa kita ialah selalu mengutamakan kepentingan diri daripada kesenangan/ridha Allah.

Dalam manaqib, sayyidatuna Khadijah saat awal pernikahan dengan Rasulullah, beliau berkata bahwa aku tidak ingin hatiku bahagia, aku tak lagi memikirkan kebahagiaan ku, yg kupikirkan siang dn malam ialah bagaimana agar hati Rasulullah senang dan bahagia.

Wahai Rasulullah. Sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai, namun engkau tidak memperoleh rakit pun atau pun jembatan.
"Maka galilah lubang kuburku, ambilah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai jembatan untuk engkau menyebrangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam wahai Rasulullah." kata Khadijah

Begitu pula seorang hamba kepada Tuhannya, yaitu tak lagi mengutamakan kepentingan diri, namun senantiasa memikirkan dan mengutamakan kesenangan/ridha Allah ta'ala.

Dibuktikan dengan senantiasa menerimanya hamba ini atas setiap pemberian dan perbuatan Allah kepadanya, diberi sakit, diberi miskin, diberi bala sekalipun, dia mampu menjawab semua itu dengan pandangan husnudzan.

'Ulama sepakat, awal langkah seorang hamba mendekat kepada Allah ialah taubat (Memandang diri yg salah, Allah yg benar). 

Termasuk akhlak dan adab, yaitu senantiasa perhatian kepada ahli maksiat, yaitu paling tidak dengan mendoakan kebaikan dan keampunan untuk diri dan mereka.

Rukun iman ada 6, yaitu: 
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat 
3. Iman kepada kitab
4. Iman kepada Nabi 
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qadha dan qadhar 
'Ulama menjelaskan, bahwa tanda benarnya keimanan seseorang, yaitu benarnya imannya kepada qadha dan qadhar Allah ta'ala.

Catatan: 
- amalkan membaca: (radhitu billahi rabba wa bil islaamidina wa bimuhammadin nabiyyan wa rasuula) 3x sesudah subuh.

- barangsiapa selalu suka menyalahkan dan merendahkan ahli maksiat, maka orang ini dianggap tak berakhlak.

- sebagai umat Nabi Muhammad saw, kita carilah dan lakukan apa yg disenangi oleh beliau.
saat Allah bertanya apa kesenangan beliau, Beliau berkata bahwa yg membuat hamba senang ialah disaat tak ada satupun dari umat hamba masuk kedalam neraka.
kalimat indah ini terlahir dari akhlak beliau.
Beliau ﷺ yang memikirkan kita dan menyayangi kita selama di dunia, beliau ﷺ yang menunggu kita di alam kubur, beliau ﷺ yang menguruskan kita di akhirat kelak.

- Inilah yg senantiasa para kekasih Allah dan pecinta Rasulullah,:
Allahummaghfirli ummati sayyidina muhammad
Allahummarham ummati sayyidina muhammad
Allahummastur ummati sayyidina muhammad
Allahummajbur ummati sayyidina muhammad
Dibaca 4 kali bis subuh, wasiat syekh Semman al-Madani, datu Kelampayan, Guru Sekumpul, dan Guru Zuhdi.

- jika ingin memberantas korupsi, tanamkanlah terlebih dahulu sifat peduli.
______________________________

۞اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد۞
Mudahan berkah dunia akhirat, minta rela ulun kalau ada salah khilaf
Full video: https://youtu.be/qiwMSnp50jA (Masjid Jami Banjarmasin) 
Catatan pribadi RF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia