Langsung ke konten utama

Saudaraku, Jangan Katakan Sibuk...!


Kesibukan mengurus dunia telah melalaikan sebagian besar manusia dari tugas utamanya, yaitu beribadah dan mendakwahkan Islam kepada sesama...

Yang miskin beralasan, nantilah kalau sudah memiliki cukup uang...

Yang sudah punya modal beralasan, nantilah kalau uangnya berlebih...

Yang sudah kaya beralasan, kekayaan ini perlu diurus agar terus berkembang...

Lalu kapan mereka mengurus agamanya...?

Apakah jawabannya sama seperti di bawah ini...?

شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا ۚ يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ

"Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami", mereka mengucapkan sesuatu dengan lidahnya apa yang tidak ada di dalam hatinya" (QS. Al-Fath [48]: 11)

Padahal kalau mau merenung sejenak, sesungguhnya hajat hidup tidaklah terlalu banyak...

Yang dibutuhkan selama hidup ini adalah makanan yang cukup untuk mengganjal perut, pakaian yang layak untuk menutupi aurat dan ibadah, serta tempat tinggal untuk berlindung dan menjaga keluarga...

Memang Allah tidaklah menjanjikan hidup ini mudah, tetapi bukankah Allah berjanji bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan...?

Jika urusan dunia dapat disederhanakan seperti itu, maka tentu akan tersedia waktu yang masih banyak untuk beribadah dan beramal shalih...

Banyak waktu untuk berdakwah...

Banyak waktu untuk berjihad...

Banyak waktu untuk menuntut ilmu...

Banyak kesempatan menolong orang lain...

Banyak kesempatan untuk silaturrahim dll...

sehingga hidup pun menjadi lapang...

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :

"Termasuk tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah Dia akan menjadikan kesibukan hamba tersebut dalam perkara yang tidak bermanfaat, sebagai bentuk penghinaan terhadapnya" (Jaami'ul 'Uluum wal Hikam I/294)

Husyaim berkata : "Jika dikatakan kepada Mansur bin Zadan bahwa Malaikat Maut sudah berada di pintu siap menjemputmu, maka ia tidak bisa menambah amalan lagi. Ini karena di waktu shubuh ia pergi ke masjid untuk shalat shubuh berjamaah, lalu duduk bertasbih hingga terbit matahari, lalu ia shalat sunnah hingga matahari tergelincir, lalu shalat zhuhur. Lalu shalat sunnah lagi hingga datang waktu ashar, lalu ia shalat ashar, lalu duduk bertasbih hingga datang waktu maghrib, lalu shalat maghrib, lalu shalat sunnah lagi hingga datang waktu isya', lalu shalat isya', lalu pergi ke rumah dan ia mengisi waktunya dengan menulis" (Shifatus Shafwah III/6)

Malik bin Dinar rahimahullah berkata :

عجبا لمن يعلم أن الموت مصيره والقبر مورده كيف تقر بالدنيا عينه؟ وكيف يطيب فيها عيشه؟ ثم يبكي

"Sungguh mengherankan bagi orang yang mengetahui bahwa kematian adalah akhirnya dan kubur adalah tempat tinggalnya, namun bagaimana pandangannya bisa sejuk dengan dunia ? Dan bagaimana ia bisa memperindah kehidupannya ? Lalu beliau menangis" (Shifatus Shafwah III/198).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia