Langsung ke konten utama

DILARANG TIDUR SETELAH ASAR


 Pertanyaan: 
Assalamu alaikum, Pak Ustadz, pernah dengar ada yang bilang tidur habis Asar dilarang, karena bisa bikin gila? Apa benar Ustadz? 

JAWABAN:
Wa alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.

Bismillah walhamdulillah was sholatu wassalam 'ala Rasulillah. Amma ba’du.

Hadis terkenal yang sering dijadikan dalil dalam hal ini adalah,

من نام بعد العصر فاختلس عقله فلا يلومن إلا نفسه

"Siapa yang tidur setelah Asar, lalu hilang akalnya, maka jangan salahkan kecuali dirinya sendiri."

Hadis ini dinilai dhaif bahkan palsu (maudhu) oleh para Ulama. Di antaranya Syaikh Albani, beliau mengkategorikan hadis ini dalam deratan hadis-hadis dhaif, nomor 39 di buku beliau “Silsilah Al-Ahadis Ad-Do’ifah” (1/112).

Ibnul Jauzi menilai hadis ini palsu dalam buku beliau “Al-Maudhu’at” (Hadis-hadis Palsu). Beliau mengatakan,

لا يصح ، خالد كذاب ، والحديث لابن لهيعة فأخذه خالد ونسبه إلى الليث

"Hadis ini tidak shahih, Kholid (salah seorang perawi hadis ini) adalah pendusta, hadis ini bersumber dari Ibnu Luhi’ah, lalu diklaim Kholid dia riwayatkan dari Laits." [Al-Maudhu’at, 3/69]

Demikian pula riwayat-riwayat lain berkaitan larangan tidur setelah Asar, tidak ada yang valid. Dalam situs Islamqa.info (situs ilmiah asuhan Syaikh Muhammad Shalih Al Munajid) dijelaskan:

لم يصح في أمر النوم بعد العصر ، مدحا أو ذما ، حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم ، ولا عن أصحابه

"Tidak hadis atau riwayat dari Sahabat yang shahih berkaitan tidur setelah Asar, baik berisi pujian (perintah) atau celaan (tidur setelah Asar)."

Mengingat tidak adanya hadis shahih yang melarang tidur setelah Asar, maka kembali ke hukum asal perkara duniawi, yaitu mubah, alias boleh saja dilakukan. Seperti diterangkan dalam kaidah fikih:

الأصل في الأشياء الإباحة

"Hukum asal perkara duniawi adalah mubah."

Dalam Fatawa Lajnah Da-imah (26/148) (Lembaga fatwa kerajaan Saudi Arabia) diterangkan:

النوم بعد العصر من العادات التي يعتادها بعض الناس ، ولا بأس بذلك ، والأحاديث التي في النهي عن النوم بعد العصر ليست بصحيحة

"Tidur setelah Asar adalah kebiasaan sebagian orang, dan tidak terlarang tidur setelah Asar. Hadis-hadis yang menerangkan larangan tidur setelah Asar tidak ada yang shahih." [Dikutip dari: Islamqa]

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah juga menjelaskan:

لا نعلم فيه شيئًا، نوم العصر لا نعلم فيه شيئًا ولا حرج فيه، كل الأوقات لا نعلم فيها شيء، إلا المغرب كره النوم قبلها عليه الصلاة والسلام، كان يكره النوم قبلها أي قبل العشاء والحديث بعدها

"Kami tidak mengetahui dalil larangan tidur setelah Asar. Tidak mengapa tidur setelah Asar. Kami tidak mengetahui adanya dalil yang melarang tidur di waktu apa saja kecuali waktu Magrib, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memakruhkan tidur sebelum Isya dan mengobrol setelah Isya." 


والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori hafidzahullah


WAG.mutiarasunnah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia