Langsung ke konten utama

Mukmin yang cerdas

APA YANG TELAH KITA PERSIAPKAN?

Seandainya kemarin PLN mengumumkan bahwa * ini dan selama sepekan kedepan listrik akan dipadamkan, dikarenakan ada kerusakan, sungguh itu sudah cukup membuat kita panik saat ini...

Waktu yang begitu terbatas kita manfaatkan sebesar-besarnya demi mempersiapkan segala sesuatunya agar kita siap menghadapi kondisi gelap tanpa listrik sama sekali mulai dari emergency charger, senter, lilin, bahkan mungkin lampu minyak, dan sebagainya.

Namun pernahkah kita berpikir akan gelapnya Kubur? Bagaimana kelak nasib kita? Bagaimana seandainya Malaikat Maut datang mencabut Ruh-Ruh kita, bahkan tanpa adanya pengumuman sebelumnya, tanpa diberi waktu untuk mempersiapkan secara matang?

Seorang yang cerdas tidak akan terlena dengan kehidupan dunia karena dia sadar dunia ini fana dan hanya sementara. Dia tidak akan terlena dengan gemerlapnya dunia dan segala apa yang ada di dalamnya. Sebaliknya ia akan senantiasa ingat akhirat, tempat tinggalnya yang abadi kelak.

Dengan demikian seorang yang cerdas maka ia akan selalu ingat kematian. Ibnu Umar berkata,
“Suatu ketika saya pernah bersama Rasulullah lalu datanglah seorang laki-laki dari kaum Anshor. Dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alahi wasallam lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Yaitu yang paling baik akhlaqnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk kehidupan yang berikutnya (setelah kematian). Mereka itulah orang-orang yang cerdas”
(HR. Ibnu Majah. Hasan kata Syaikh Al Albani).

Banyak yang mengetahui bahwa dirinya akan meninggalkan dunia ini, tetapi kebanyakan orang justru mengejar dunia ini mati-matian.
Mengetahui bahwa dirinya akan menghadapi kehidupan akhirat tetapi lalai mempersiapkan bekal bagi dirinya. Hal ini tidak lain karena dia lalai mengingat kematian. Maka perbanyaklah mengingat kematian, bahkan sesekali masuk kuburan untuk mengingat kematian. Dengan mengingat kematian, hati kita tidak akan terikat dengan gemerlap dunia.

Apakah yang telah kita persiapkan untuk menghadapi kematian???..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia