Langsung ke konten utama

Mentafakuri anak kecil

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Dzat Yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana, yang telah menciptakan kita dan mencukupi rezeki kita. Tiada yang patut disembah selain Alloh, dan tiada yang bisa dimintai perlindungan selain daripada-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, seorang ibu pernah menceritakan kesan di dalam hatinya mengenai anaknya yang masih kecil. Sang ibu ini di siang hari sempat memarahi anaknya karena suatu kecerobohan yang ia lakukan. Namun, di malam hari, sang ibu tertegun, karena anaknya yang mungil itu tertidur sambil memeluknya. Anaknya terkantuk-kantuk dengan matanya yang bening sambil memeluk erat dirinya. Sang ibu pun berpikir, betapa anaknya memiliki hati yang bersih. Ia tetap mencintainya, memaafkannya, tanpa ada rasa sebal, kesal apalagi dendam meski tadi siang ia memarahinya.

Demikianlah anak kecil itu. Berbeda dengan orang dewasa, yang jikalau tersakiti maka tidak jarang ia merasa sebal berkepanjangan, ada rasa ingin membalas dendam. Malah, tidak jarang juga orang dewasa yang tersakiti oleh hal kecil, namun membalas dengan menyakiti dengan perbuatan yang besar.

Padahal Rosululloh Saw. mencontohkan dengan sangat jelas. Meskipun beliau dihina, disakiti, dilempari batu, diperangi, diboikot, tetap beliau memaafkan. Bahkan beliau membalasnya dengan kebaikan-kebaikan yang akhirnya berbuah cinta, kesetiaan dan menjadi jalan hidayah bagi orang-orang yang selama ini memusuhinya dan memusuhi agamanya. Maasyaa Alloh!

Alloh Swt. berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu..” (QS. Al Ahzab [33] : 21)

Anak-anak itu jujur tanpa rekayasa. Jika ia gembira dan bahagia, maka memang begitulah keadaan yang sebenarnya. Jika ia mengatakan suka atau tidak suka, maka itulah yang memang ada di dalam hatinya. Tidak ada kepura-puraan, apalagi kemunafikan. Sedangkan orang dewasa, tidak jarang memoles sikap, dan ucapan. Apa yang dilakukan dan diucapkan bertolakbelakang dengan apa yang ada di dalam hati. Seringkali memakai topeng kepalsuan demi membuat senang makhluk meski membuat tidak senang Sang Kholiq, Alloh Swt.

Anak-anak itu masih bersih hatinya. Jika ia nakal, maka sebenarnya ia meniru apa yang dilihatnya, boleh jadi dari orangtuanya. Oleh karena itu, marilah kita untuk tidak meremehkan anak kecil. Karena banyak hal yang bisa kita tafakuri dari mereka. Jika anak-anak yang belum baligh meninggal dunia, maka akan mudah baginya untuk memasuki surga Alloh Swt. Mengapa? Karena masih bersih dirinya dari dosa, masih bersih hatinya dari penyakit-penyakit hati. Dengan mentafakuri mereka, semoga kita semakin bermujahadah dalam menjaga kebersihan hati.

Alloh Swt. selalu menyimpan begitu banyak hikmah di balik setiap ciptaan-Nya, termasuk dalam diri anak-anak kecil. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang terampil mentafakuri dan mengambil hikmah dari setiap ciptaan Alloh Swt. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia